Berkurangnya Volume Air Tanah Disebabkan Oleh Beberapa Faktor
1. Beralihnya fungsinya hutan sebagai
tempat serapan air menjadi pemukiman warga
Ternate ketika mendengarkan kata ini
orang pasti berangan-angan akan indahnya penorama yang selalu meliputi sekeliling
palau ini baik pemandangan gununya yang hijau dan lautannya yang biru dan
jernih ketika seseorang mendiaminya akan terpikat dan ingin menetap disana,
namun pemandangan yang hijau menyelimuti gunung gamalah tersebut kian hari kian
hilang pemandangan tersebut berubah menjadi hutan beton, kita tidak bisa
mencegah lajunya pertumbuhan penduduk yang diiringi penambahan infrastruktur
dan gedung mewah serta perumahan warga, namun kita harus memikirkan efek dari
pertambahan pembangunan yang mengabaikan sistem lingkungan yang seimbang
mengakibatkan salah satu siklus akan terputus, siklus itu bukan tidak berarti,
sangat berarti yaitu cadangan air tanah yang semakin menipis, jika semua hutan
dijadikan temapt tinggal yang tidak memiliki pekarangan yang berfungsi sebagai
penyerapan air tanah makan akan berlaku bersar pasak dari pada tiang besarnya ekstraksi
(pengambilan) dari pada replenishment (pengembalian)
Dalam merumuskan daerah resapan air
pemerintah harus mengkultumkan suatu daerah yang bebas dari pembangunan yang
diperuntukkan untuk daya resapan air yang menggantika ekstrasi yang berlebihan
tersebut sehingga dapat menahan lajunya kecepatan ekstrasi dengan
menyeimbangkan dalam replenishment dengan lahan bebas membangun dalam suatu daerah resapan air.
Gambar
Diambil Tahun 2008 sebelah kiri dan Tahun
2015 sebelah kanan
2. Bertambahnya Jumlah Penduduk Yang Tidak Diimbangi Oleh Luas Daerah
Sumber : BPS
Laju pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat dalam beberapa kurun waktu
terakhir dalam kota ternate dapat membawa dampak yang nyata baik dibidang
ekonomi maupun sosial, salah satunya percepatan pembangunan dan berkembangnya kota
ternate menjadi kota modern dengan laju peningkatan ekonomi yang pesat
dibandingan dengan daerah-daerah lain di Maluku Utara
Luas daerah kecil dengan laju pertumbuhan penduduk yang semakin melejit
dalam kurun 10 tahun kedepan dengan capaian per tahun 0,478 % gunung gamalama
akan menjadi gunung beton sebab laju pertumbuhan diiringi dengan laju pembangun
baik perumahan warga maupun gedung dan hotel-hotel.
Penguraian diatas merupakan dampak positif dapat dinikmati namun kita masih
tidur dengan dampak yang lain yang diakibatkan oleh melonjaknya jumlah penduduk
dikawasan kie Majang, kita tidak mungkin menahan lajunya pertumbuhan penduduk
yang semakin hari semakin bertambah dengan asumsi pertahun rata-rata
pertumbuhan penduduk 0,478 % per tahun dampak tersebut tentunya akan berpengaruh
terhadap tingkat konsumsi air di ternate, dengan tidak adanya alternatif lain
dan hanya mengandalkan air tanah hasil pengeboran yang dikelolah oleh salah
satu perusahan daerah yang debit airnya staknan, sehingga mengakibatkan
berkurang debit air bila dibandingkan beberapa puluh tahun yang lalu, sehingga
jangan heran masa itu terjadi di tahun ini.
Ini merupakan tugas kita bersama dan pemerintah untuk mengembalikan debit
air dengan merubah pola pikir agar menyediakan resapan air dalam pekarangan –
pekarangan rumah kita sehingga dapat menyeimbangkan siklu antar ekstrasi dan replenishment
4. Tidak Ada Alternatif Lain
Dalam beberapa kurun waktu belakang belum ada solusi
pemerintah dalam hal ini untuk mencari alternatif lain dalam memenuhi kebutuhan
air bersih kepada warga kota Ternate, hanya sebatas wacana dan ide-ide yang
belum tersalurkan seperti membuat pipa
dalam tanah yang membentang ke daerah lain yang memiliki potensi air yang
melimpah, padahal dalam skala perhitungan dengan pertumbuhan penduduk yang
membludak dan kurangnya replenishment (pengembalian air) air hujan dengan membuat daerah resapan air
mengakibatkan kelakangan yang tidak dapat dihindari, tingginya kebutuhan air
tidak dibaringi dengan stok debit air yang memadai sehingga mengakibatkan
ketimpangan dan mengerinya salah satu subur bor andalan yang etdapat di ake
gaale.